Refleksi IWD 2023: Untuk Diriku

Refleksi IWD 2023: Untuk diriku

Selamat Hari Perempuan Internasional! Biasanya aku merayakan #IWD tiap tahunnya dengan menuliskan refleksi singkat tentang pengalaman, harapan atau kegundahan yang tengah aku rasakan saat itu. Tapi kali ini aku menyempatkan diri untuk duduk diantara Bab-Bab tesisku yang tak kunjung usai dengan menuliskan refleksi IWD tahun ini. Tulisan ini ditujukan untuk diriku. Ada beberapa hal yang ingin aku ingatkan pada Wina di dalam sana.

Merasa Nyaman dengan Diri, Tubuh serta Tektekbengeknya: Sudah sejak kecil aku mendengar standar kecantikan dan tubuh seorang perempuan diperbincangkan. Sejak SD, aku familiar dengan lagu Panon Hideung. Betapa gambaran tentang perempuan cantik yang membuat laki-laki snewen adalah mereka yang berhidung mancung. Lantas hidung pesek ini bagaimana? Tentu saja saat itu aku merasa tercoret dari katagori cantik untuk ukuran perempuan. Namun, seiring berjalannya waktu, aku bertemu dengan banyak sekali perempuan di luar sana. Hingga akhirnya aku menemukan bahwa kecantikan itu universal. Standar kecantikan yang ada berujung pada objektifikasi perempuan. Standar kecantikan hanya buah dari konstruksi yang dibangun media. Etc etc wasweswos. Pikiran soal menjadi cantik di depan orang lain juga terkoreksi dengan sendirinya. Bahwa menjadi cantik adalah untuk diriku sendiri. Saat ini, aku bisa dengan bangga mengatakan di depan cermin bahwa aku sangat menyukai porsi tubuhku yang petite. Gadis semeter setengah yang juga menyukai bentuk hidungnya yang pesek. Menerima bekas luka di pipi kanan yang sulit ditutupi bedak. Menerima secara terbuka luka batin yang sempat perih dan terus tinggal di dalam sana. Menyukai bagaimana aku berpakaian. Mencintai bagaimana aku berbicara dan berpendapat. Aku nyaman dengan tubuh, diri dan segala tektekbengek yang mengikutinya. Seperti sakit pinggang di hari pertama menjelang menstruasi yang nyerinya minta ampun. Aku pun memeluk itu sebagai bagian dari diriku hari ini.

Menerima Bahwa Tidak Semua Perempuan Memiliki Pilihan: Sungguh kenyataan ini sangat menyakitkan. Aku adalah seseorang dengan privilege tumbuh dari keluarga dengan ekonomi menengah ke atas. Bisa mengakses pendidikan dan kesehatan dengan memadai. Hidup nyaman tanpa harus berpikir kebingungan besok makan apa. Bahkan masih bisa bermimpi tentang masa depan. Aku sampai pada kesadaran bahwa dunia tidak berputar hanya di sekelilingku. Ada yang lebih besar dariku. Ada banyak perempuan lain yang justru hidup jauh lebih sulit dari kehidupan yang aku jalani. Kesulitan yang dialami bukan karena kebodohan, kemalasan, atau hal-hal lain. Banyak diantaranya karena permasalahan struktural dan sistemik yang bangsat. Menyakitkan memang melihat salah satu murid perempuanku di pelosok sana memilih untuk berhenti sekolah dan menikah di usia yang masih sangat belia. Mendengar seorang ibu yang rela menjadi korban KDRT demi mempertahankan keluarga dan anaknya. Seorang permepuan yang turut menjadi tulang punggung ekonomi keluarga hingga kehabisan waktu untuk diri sendiri. Serta banyak cerita lain yang sempat aku katakan salah dan tidak ideal dari kaca mata perempuan. Dari sini, jauh-jauhlah rasa angkuh dan sombong. Maka dengan menyadari dan menerima ini sebagai bagian dari kehidupan perempuan hari ini, semoga jadi bahan untuk aku selalu berbuat dan berempatik pada sekitar.

Bergerak Menuju Kehidupan yang Berdaya dan Inklusif: maka sudah seharusnya aku menuju kepada-menjadi manusia yang berdaya. Berdaya dalam berpikir dan bertindak, yang mengedepankan kemanusiaan. Manusiakan manusia!

More Posts from Winarasidi and Others

2 years ago

“Kok Makan Sendirian Mbak?”

Aku adalah manusia yang ga punya masalah ketika harus makan sendirian. Engga inget pasti sejak kapan prinsip ini aku pegang. Bagiku, makan ya makan. Proses mengunyah dan menelan makanan, sampai akhirnya kenyang dan ga lagi lapar. Perkara ada temennya atau engga, bagiku itu di luar proses makan. Bukan berarti aku tidak menyukai untuk makan bersama orang lain. Tentu saja senang bisa berbagi ruang saat makan. Tapi makan sendirian pun tidak mengurangi perasaan senangku ketika ketemu makanan. 

Singkatnya, hari ini aku memutuskan makan siang di salah satu rumah makan padang yang sudah sering direkomendasikan teman-temanku di Pamulang. Kebetulan letaknya berdekatan dengan salah satu cafe yang akan aku kunjungi sore ini. Perut kecil yang kayanya ususnya panjang ini kurang kenyang jika hanya makan berat di cafe hehe. Makanya mampir dulu ke nasi padang. Seperti biasa aku hanya kaosan dan gendong ransel. Setelan pindah nugas dari kosan ke cafe, tapi males dandan. Seperti biasa aku pesan makan.

image

Setelah aku nemu meja kosong di pojokan, aku memutuskan menunggu pesanan sambil nonton Laal Singh Chaddha di Netflix, dengan pemeran utama Aamir Khan (favoritku! hampir semua filmnya aku tonton) dan Kareena Kapoor, aktris yang sudah muncul di tv sejak aku kecil. 

Anw, pelayannya dateng bawa piring isi ayam bakar. Aslinya lebih banyak dibanding di foto, karena nasinya numpuk dan mleber. Tapi apa yang pelayan itu katakan sesampainya dia di mejaku? 

“Kok makan sendirian Mbak?”

Aku balas hanya dengan tersenyum. Tak lama dia segera kembali bekerja dan meninggalkan mejaku. Lantas aku hanya bisa tersenyum. Jika aku hitung dengan teliti, berapa puluh kali aku dapat pertanyaan bernada sama. Mungkin bisa aku hitung sejak 2013, ketika pindah untuk berkuliah di Depok. Aku sudah memulai praktik makan sendirian. Hasilnya pasti banyak. Mereka yang bertanya demikian engga kenal tempat. Di warung padang, pecel lele, tempat ngopi mainstream, tempat ngopi indie, bahkan warung bakso favoritku di Garut, bertanya sampai dua kali untuk memastikan apakah aku makan sendiri dan apakah ga ada temen yang nyusul. Selama ini jawabanku beda-beda, kadang aku tanggapi serius, kadang aku becandain, kadang kaya hari ini cuman aku senyumin. Kenapa manusia begitu penasaran dengan perkara temen makan orang lain? Padahal yang kenyang perutku. Pertanyaan model begini ga akan bikin kenyang rasa penasaran atau basa basimu. Tentu saja jika di lain hari aku masih dapet pertanyaan begini, aku masih akan senyum-senyum sendiri :)

2 years ago

There's a little bit of me inside you Gathering what you've lost

3 years ago

Akhir-akhir ini aku nugas sering banget ditemenin lagu ini. Enakeun banget ampun!

3 years ago

Terima kasih kepada Mbak Nisa yang bikin river of life nya diwakili oleh lagu-lagu, kayanya sistem yang sama akan aku adposi terus. Karena musik adalah bagian dari perjalanan personalku.

3 years ago

Hari Disabilitas Internasional 2021

Seperti biasa setelah menyelesaikan tugas kuliah, aku rebahan dan scroll up timeline twitter. Kemudian aku membaca komentar seseorang tentang potongan video yang kurang dari dua menit, menunjukkan seorang menteri sedang meminta, bahkan beliau sendiri mengatakan ‘memaksa’ seorang tuli untuk bicara dihadapan banyak orang. Meski dibalut dengan bahasa yang halus, tentang memaksimalkan mulut sebagai pemberian Tuhan, tetap saja video itu mengganggu saya, terdengar tidak empatik dan menciderai hari Disabilitas Internasional yang menandai pemenuhan hak penyandang disabilitas.

(baca) https://mojok.co/liputan/kilas/mensos-risma-diprotes-karena-paksa-penyandang-tunarungu-bicara/

Tapi ada berita baiknya hari ini, angin seger banget sih setelah terbit Perpres no 68 tahun 2020, Komite Nasional Disabilitas (KND) pertama di Indonesia akhirnya dibentuk. KND akan bekerja dalam pemantauan, evaluasi, advokasi pelaksanaan penghormatan, perlindungan juga pemenuhan hak penyandang disabilitas. Jika kita melihat roadmap layanan kesehatan inklusif disabilitas Kemenkes yang sekarang, apresiasi banget perkembangan di level macro, level kebijakan di pusat. Peta jalan “pelayanan kesehatan untuk semua” ini memiliki 7 strategi utama diantaranya; 

Mengatasi hambatan fisik dan informasi dalam mengakses layanan Menyediakan tenaga kesehatan yang terampil dan peka disabilitas Menyediakan layanan kesehatan yang menyeluruh Meningkatkan partisipasi penyandang disabilitas Menguatkan mekanisme dan pelembagaan implementasi kerangka kebijakan Meningkatkan anggaran sektor kesehatan di tingkat pusat dan daerah untuk pengembangan layanan inklusif Mendorong kebijakan dan program yang berlandaskan informasi akurat. 

Tentu saja implementasi di level bawahnya yang harus jadi perhatian semua orang. Ga cuman itu sih, pola pikir pejabat tentang disabilitas juga sama pentingnya dengan produk kebijakan apapun untuk ikut diperhatikan. Semoga video viral menteri tadi ga perlu ada lagi, yang tidak sensitif dan tidak empatik.

Lalu pola pikir seperti apa yang harus dikembangkan? Sejauh yang aku pahami, disabilitas adalah konsep yang dinamis, ia terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan. Menurutku penting untuk mengenal perkembangan dalam melihat disabilitas. Dahulu, paradigma yang berkembang adalah berdasarkan moral juga pendekatan religious. Disabilitas dianggap sebagai dosa, kutukan, dan sebagainya (anggaplah ini anggapan yang berkembang di zaman kegelapan). Kemudian disabilitas bergerak ke charity model dimana masyarakat melihat orang dengan disabilitas melalui kacamata belaskasihan dan objek amal semata. Lalu perkembangannya bergerak ke paradigma medis atau rehabilitasi. Paradigma ini juga dipengaruhi industrialiasi dan kapitalisme, dimana manusia dipandang sebagai alat produksi, jika ada manusia yang cacat dan tidak produktif maka harus diperbaiki. Perkembangan dunia medis juga membuat kecacatan harus diobati sehingga muncul pusat-pusat rehabilitasi. Hingga saat ini perkembangan mengarah ke rights based model, dimana peralihan cara pandang secara global bahwa disabilitas memiliki kesetaraan hak sebagai manusia. Pola pikir disabilitas sudah berkembang dan meninggalkan cara pandang lama yang melihat disabilitas sebagai objek tetapi subjek, berkembang dari masalah medis menjadi masalah interaksi sosial, dari pendekatan amal ke pemenuhan hak, dari proses yang eksklusif menjadi inklusif.

Kita cukupkan saja romantisasi penyandang disabilitas yang sukses sebagai objek motivasi seolah mereka luar biasa dengan pencapaiannya. Seolah aneh dan jarang mereka bisa berhasil. Justru lihat kembali hambatan lingkungan apa saja, hambatan sikap masyarakat yang mana (ex: stigma dan diskriminasi) yang selama ini telah membatasi mereka untuk berpartisipasi optimal ditengah-tengah masyarakat kita. Berapa banyak orang dengan disabilitas yang tidak bisa berpartisipasi secara optimal di rumah, sekolah, tempat kerja, atau di masyarakat karena hambatan yang datang dari lingkungan, bahkan dari piranti kebijakan, bukan dari keterbatasan mereka?

Selamat Hari Disabilitas Internasional teman-teman

3 years ago

Tips Cuma-cuma

Salah satu sahabatku bilang, semakin dewasa ada salah satu kemampuan yang berkembang hebat, kemampuan mengambil hikmah. 

Untuk sebentar aku tertawa mendengar jawaban dia. Bener banget. Rasanya semakin tua dan dewasa, keterampilan mengambil hikmah semacam cara untuk menenangkan diri dari segala problematika kehidupan yang njelimet. Aku sering melakukan itu. Mungkin dengan terminologi yang sedikit berbeda, refleksi, aku lebih sering menggunakan term ini. Tapi bukan saja soal mengambil hikmah, kemampuan ini sering aku gunakan untuk memvalidasi hal-hal yang terjadi, memahami kembali peristiwa yang telah terjadi, dan mengambil ibrah dengan penuh kesadaran. 

Terus ada satu lagi yang jadi highlight pertemuan mendadak kami. Kami menyepakati bahwa manusia tidak akan pernah 100% cocok dengan partner. akan ada sekian persen ketidakcocokan. Misal, si X memiliki 75% kecocokan dengan si Y, tapi ada 25% hal-hal yang ga cocok. Akan selalu seperti itu meskipun dengan derajat yang mungkin berbeda-beda. Tapi, setelah obrolan yang panjang dan agak serius, kami setuju untuk memandang bahwa jika kita sudah menemukan 75% kecocokan dengan seseorang, maka 25% yang lain adalah kesempatan untuk mencocokan diri. Kami rasa, toleransi terhadap ketidakcocokan itu penting. Tapi, aku ga bisa berhenti sampai disana, semua itu harus dibingkai oleh koridor dan prinsip yang kita punya. Jika menciderai prinsip dan koridor itu, lantang saja dan berani katakan bahwa kita tidak cocok. 

Kami merayakan pertemuan singkat ini dengan memesan takoyaki, merayakan tips cuma-cuma yang kami temukan tanpa sengaja. 

3 years ago

Lagu dari Masa Lalu

Sebagai anak yang lahir di tahun 90-an dan memiliki tiga abang laki-laki yang lahir di antara tahun 80-90 an, aku menjadi adik perempuan hasil doktrinasi musik pop Indonesia kala itu, mungkin musik 90-2000. Dulu, kami punya rumah sederhana dengan tiga kamar. Pembagiannya cukup jelas, satu kamar untuk orang tua, satu kamar untuk anak laki-laki, dan satu kamar untuk anak perempuan. Meskipun secara kuantitas dan kualitas pembagian ini kurang ergonomis. Satu kamar sempit harus diisi tiga anak laki-laki (adik laki-lakiku ga perlu dihitung karena masih tidur sama Mimih dan Bapak) tentu saja tidak mudah. Tapi kami tidak punya banyak waktu untuk mengeluh, selama kami punya radio tape dan musik. Jarak umurku dengan kakak laki-laki tertua cukup jauh, mungkin usiaku masih di bawah tujuh tahun saat memiliki kesadaran tentang kaset-kaset pita milik abangku yang tersusun rapi di rak buku; Sheila on 7, Dewa 19, Padi, Jikustik, Slank, Jamrud, PeterPan, Base Jam, Mocca, Naif, Coklat, KLA Project. etcetera. Tumbuh dengan melihat abang yang saban hari benerin pita kaset yang kusut pake pulpen adalah kenangan masa kecilku. 

Hari ini aku ngobrolin Noah yang remake video klip “Yang Terdalam” dengan dua orang sahabatku. Honestly, aku sangat menikmati dan memutarnya berulang sambil ngerjain ujian akhir semester. Aku buta nada, ga paham musik, dan hanya penikmat saja. Tapi rasanya nyaman sekali, gambaran masa kecilku berkelibatan di kepala. Btw, rambut Iqbal Ramadhan bikin ngiri, sebagai fans lelaki gondrong dan perempuan rambut pendek, pas Bale kibas-kibas rambut jadi pengen ke salon. 

Aku juga bertanya pada mereka, jika ada lagu dari masa lalu yang mereka ingat dan ingin mereka dengar lagi sekarang, hanya satu lagu saja, mereka akan pilih lagu apa. Aku memberi mereka sedikit waktu untuk berpikir. Lagu yang muncul adalah Menghitung Hari dari Anda dan Ruang Rindu dari Letto. Pilihan yang hangat.

Aku selalu percaya bahwa musik mampu mengikat manusia, mengikat dengan kenangan dan perasaan. 

3 years ago

Aku akan menulis untuk diriku sendiri. Semacam terapi untuk menjaga diriku tetap waras. Salah satu kolegaku seorang art therapist menyarankan supaya aku mencoba art journaling untuk jadi semacam personal reflection, membantuku menuangkan dan memetakan setiap emosi yang aku alami. Sejujurnya ini cukup membantu, tapi karena kendala waktu art journaling ini sulit untuk aku lakukan secara konsisiten. Satu-satunya cara ya menulis lagi, di media yang bisa aku ases kapan saja. Kenapa aku menulis lagi? Jujur saat ini karena aku sedang tidak baik-baik saja. Aku butuh meregulasi diri dan mencerna segala hal yang terjadi begitu saja. Selain itu, aku tengah menghadapi ketakutan terbesarku: kehilangan. 

Everyone who has something is afraid of losing it, and people with nothing are worried they'll forever have nothing. Everyone is the same. (Haruki Murakami)

3 years ago

Wina yang lagi ulang tahun ke 23, punya temen yang sama di umur 27, yang selalu jadi pendukung bahkan ketika aku melontarkan banyak pernyataan aneh seperti "Cun, abis ini urang mau ambil S3 di Jepang", atau "Cun, urang mau menghilang aja dari dunia" dan pernyataan random lainnya. Ratu tetap jadi orang yang sama, seperti 14 tahun lalu aku kenalan di mushola Darul Arqam. Makasih Cun!

To My Dear Friend, Windut.

To my dear friend, Windut.

i wrote this amidts the hectic rodi works of cooking the dishes for tomorrow’s Eid, but today is your birhtday, there must always be some spare time to celebrate it. HAPPY BIRTHDAY is a globally mainstream words to say, therefore i will not say it. instead, here is some things i wanted to confess to you..

i apologize, for not being ‘the friend’ that is always be there when you need one. i guess i am just not the type to be one. i know you are having a rough time adjusting to the life after college, having to go to work and going to shcool at the same time, must be hard indeed, but never did i cheer you on when you really need it. i am nowhere to be found. sometimes, i do regret the time that passed by without us checking on one another, in regard to this, i’ll do better.

you know, as the time passes, i am less likely to write encouraging stuff like i always did back then. remember the one i wrote about the love, the dreams, and every life stories we share? i no longer do that. as we grow older, writing stuff doesnt seem to be necessary anymore, we remember things by heart, let each and every moment that passes become only a visual memory, which later, those memories started to be erased from time to time. life is becoming more realictic than we thought back then.

i am not the type of friend who will sending you messages, asking about how are you doing and how’s life. sometimes, i even forget birthdays and another important event that need to be cherised. therefore i apologize once again, i feel bad for not knowing about how you overcome hardships, how is work, and how you deal living far away from home. the thing i regret the most is that we’re currently living in the same city roof, yet i never made the time for a visit. it’s a shame. i am sorry.

honestly, there are endless things i want to share with you, like we always did back then, but i never make enough effort to do that. sometimes, i am just too absorbed in a busy life, and use that as an excuse.

we’ve been friend for longer than 10 years, and you always participated in a big part of my journey. i hope i do too in yours. we may not seeing each other often, not even texting in once a week just to check on how our day went, but i believe the friendship we have has never and will never change.tell me if you have a hard time, i am always here. i may never be able to help, or give out any solutions, but i am ready to listen, in case two ears are not enough, i have the whole heart to listen to your stories.

i am happy that we met, i am grateful to the fate, i am glad to have you as a friend.

from the bottom of my heart, i always pray for your well-being. being successful is not always the matter in a prayer, it is being healthy and wholeheartedly happy is what matter the most. i wish you are given just enough strenght to overcome things in life, always wake up in the morning with a warm heart, and end the day without any regret. eat a lot, laugh a lot, and have enough sleep.

one last thing, i wish you find the love of your life very soon! it’s just about time, isn’t it? hehe, anyhow, i’ll be happily cheering, and wishing for the best :)

i love you!

Rancaekek, June 24th 2017, 16.05 WIB. Ratu.

3 years ago

Terima kasih, Prof

pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati 

pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huruf sajak ini kau takkan letih-letihnya kucari

  • vinadw78
    vinadw78 liked this · 1 year ago
  • winarasidi
    winarasidi reblogged this · 2 years ago

43 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags